Teori-Teori Motivasi
TEORI-TEORI MOTIVASI BELAJAR
Eka Putri Nurdiana/ 14020774012
Para
ahli memliki definisi masing-masing tentang motivasi. Namun dari semua definisi
yang ada, motivasi dapat disimpulkan sebagai suatu usaha memperbesar atau
mengadakan gerakan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi bisa bersumber dari
dalam individu (intrinsik) dan berasal dari luar individu (ekstrinsik).
Motivasi intrinsik bisa berupa keinginan yang besar untuk bisa mencapai
sesuatu. Sedangkan motivasi ektrinsik bisa diperoleh individu dari
lingkungannya, misalnya orangtua, guru, teman, dan lain sebagainya.
Motivasi memiliki
peranan penting dalam proses belajar seorang individu. Motivasi yang kecil dan
lemah dapat membuat seorang individu tidak konsisten dalam belajar. Sebaliknya,
motivasi yang besar dan kuat yang dimiliki oleh seorang individu dapat menjadi
suatu dorongan untuk tetap konsisten dalam belajar.
Di bawah ini
merupakan teori-teori motivasi menurut para ahli.
1. Teori kebutuhan
(Abraham Maslow)
Maslow mengemukakan
bahwa kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh manusia tertata secara hierarkis.
Apabila kebutuhan dasar manusia telah terpenuhi, maka timbul keinginan untuk
memenuhi kebutuhan lain yang lebih tinggi. Apabila kebutuhan yang tinggi telah
terpenuhi, akan timbul kembali keinginan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih
tinggi. Begitu seterusnya.
Maslow menggambarkan kebutuhan manusia dalam bentuk
piramida dengan lima tingakatan, dimulai dari tingkat terbawah dengan kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan rasa aman (safety need), kebutuhan akan
kebersamaan (belonging), kebutuhan akan penghargaan atau penonjolan diri
(Self-esteem), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization).
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar manusia,
seperti lapar, haus, dan lain-lain. Apabila kebutuhan fisiologis tidak
terpenuhi, maka kebutuhan yang lain tidak dapat dicapai atau gagal. Jika
kebutuhan fisiologis telah terpenuhi, maka manusia akan mencari kebutuhan
berikutnya.
Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan akan rasa aman.
Manusia memiliki kebutuhan untuk mempertahankan ketertiban dan keamanan diri.
Manusia juga memiliki keinginan untuk bisa hidup dengan nyaman dan tenteram.
Untuk bisa mencapai hidup yang aman dan tentram, manusia melakukan berbagai
hal, misalnya menyimpan benda berharga, menabung uang di bank, membeli rumah,
mengikuti asuransi jiwa dan lain sebagainya.
Kebutuhan kebersamaan dibuktikan dengan manusia yang
menjalin komunikasi dan pertemanan dengan orang lain. Menjalin cinta dan kasih
dengan orang lain juga merupakan aktualisasi dari kebutuhan kebersamaan.
Kebutuhan akan penghargaan dan penonjolan diri merupakan
suatu kebutuhan di mana manusia ingin terkenal dan dihargai oleh orang lain.
Manusia memiliki keinginan agar orang lain mengakui dirinya, statusnya,
kepandaiannya, hartanya, kesuksesannya, dan lain-lain.
Kebutuhan yang menduduki tingkat paling tinggi dalam
hirerarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Apabila
kebutuhan ini terpenuhi, maka manusia dapat melakasanakan kodratnya dalam semua
aspek kehidupan sehingga bisa menjadi figur tertentu. Menurut Maslow.
2. Teori Kebutuhan
Berprestasi (McClelland)
McClelland berpandangan bahwa tiap individu memiiki
motivasi yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan seseorang akan prestasi. McClelland
menyatakan bahwa motivasi memiliki dua macam faktor penting, yaitu tanda dari
lingkungan (stimuli) dan bangkitnya afeksi pada individu. Orangtua, keluarga
dan masyarakat sekitar memliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan motif
prestasi seseorang.
Dalam dunia pendidikan, motif prestasi siswa dapat
dikembangkan dengan bantuan guru. Motif prestasi dapat ditanamkan pada siswa di
awal-awal menuntut ilmu di sekolah. Guru dapat menceritakan perjuangan dan
usaha orang-orang sukses sebelum mereka berhasil. Hal tersebut untuk
menunjukkan kepada siswa tentang pentingnya motif prestasi.
3. Teori ERG (Clyton
Alderfer)
ERG merupakan akronim dari Existence (kebutuhan akan
eksistensi), Relatedeness (kebutuhan untuk berhubungan dngan pihak lain), dan Growth
(kebutuhan akan perkembangan). Teori ERG secara garis besar memiliki kesamaan
dengan teori kebutuhan Abraham Maslow. Alderfer menyatakan bahwa pemuasan
kebutuhan ERG harus dilakukan secara serentak.
Apabila salah satu kebutuhan tidak terpenuhi, maka manusia cenderung
untuk semakin ingin memenuhi dan memuaskan kebutuhan tersebut. sebaliknya, jika
kebutuhan pada level yang lebih tinggi tidak bisa terpenuhi, maka manusia akan
cenderung memuaskan kebutuhan yang mendasar.
4. Teori Dua Faktor
(Herzberg)
Herzberg mengemukakan bahwa motivasi memiliki dua faktor,
yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene (pemeliharaan).
Faktor motivasional adalah faktor yang berasal dari dalam
diri manusia, dengan kata lain faktor motivasional adalah faktor intrinsik.
Sedangakn faktor hygiene adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia atau
faktor ekstrinsik.
5. Teori Harapan
(Victor H. Vroom)
Teori harapan yang digagas oleh Vroom beranggapan bahwa
harapan yang dimiliki oleh tiap individu berkaitan erat dengan motivasi. Apabila
seseorang memiliki suatu keinginan dan haapan untuk bisa mencapainya sangat
besar, maka orang tersebut akan memiliki motivasi atau dorongan yang besar
untuk bisa mewujudkan keinginannya tersebut. Sebaliknya, apabila seseorang
memiliki suatu keinginan dan harapan untuk bisa memperoleh keinginan itu sangat
kecil, maka orang tersebut memiliki motivasi aau dorongan yang lemah untuk
mewujudkannya.
Terdapat tiga konsep yang saling berkaitan dalam teori
menurut Vroom, yaitu:
1) Harapan (expectancy),
yaitu kepercayaan seseorang bahwa suatu usaha akan menghasilkan kinerja
tertentu.
2) Instrumentally, yaitu kepercayaan seseorang bahwa suatu kinerja akan
mendapatkan hasil tertentu.
3) Valensi, yaiu
mengarah pada nilai positif dan negatif yang dirujuk oleh orang-orang terhadap
sebuah hasil.
6. Teori Penguatan dan
Modifikasi Perilaku
Teori penguatan dan modifikasi perilaku erat kaitannya
dengan hukum pengaruh. Maksudnya, seseorang akan cenderung melakukan tindakan yang memiliki
konsekuensi yang positif. Konsekuensi positif membuat manusia akan terus
mengulangi tndakannya, atau bahkan meningkatkan tindakannya. Manusia juga akan
menghidari tindakan-tindakan yang yang memiliki konsekuensi negatif. Apabila
seseorang telah mengalami konsekuensi negatif akibat tindakannya, maka ia akan
memperbaiki tindakannya.
7. Teori Kaitan
Imbalan dengan Prestasi
Menurut teori ini, motivasi seorang individu dipengaruhi
oleh faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk ke dalam faktor
inernal adalah: persepsi seseorang mengenai diri sendiri; harga diri; harapan
pribadi; kebutuhan; keinginan; kepuasan kerja; prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan yang termasuk ke dalam faktor eksternal adalah: jenis dan sifat
pekerjaan; kelompok kerja di mana seseorang bergabung; organisasi tempat
bekerja; situasi lingkungan pada umumnya; sistem imbalan dan cara penerapannya.
DAFTAR RUJUKAN
Gustiady,
Sanya. 2012. Teori-Teori Motivasi, (http://new.edulab.co.id/teori-teori-motivasi/), diakses pada 30 April 2017
Kho,
Budi. 2016. Pengertian Motivasi dan Teori-teori Motivasi, (http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-motivasi-dan-teori-teori-motivasi), diakses pada 30 april 2017 .
Prawira,
Purwa Atmaja. 2012. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru.
Jogjakarta: Ar-Ruz Media.
Komentar
Posting Komentar